Social Icons

Sabtu, 23 November 2013

MUTIARA TASHAWWUF IHYA' AL GHOZALIY


Mutiara Tashawwuf dalam Ihya'
Kitab Ihya' ulumiddin adalah salah satu karya Al Ghozali (lahir 450 H - Wafat 505 H) yang sangat  fenomenal diantara sekian banyak karyanya yang mencapai  kurang lebih 200  karya, karena di dalamnya Imam Al Ghozali mengulas dengan sangat jelas dan mendetail tiga aspek disiplin ilmu yang menjadi pilar islam yaitu al islam, al iman dan al ihsan yang oleh para ulama' ketiganya diistilahkan oleh para ulama' dengan syariat, thoriqoh dan hakikat (iqodzul himam  hal 5), dengan  prespektif al qur'an dan as sunnah, dan dengan sistematika pengulasan yang sangat indah yang dimulai dari  pembahasan berdasarkan kacamata al qur'an kemudian al hadits, atsar sahabat, maqolah dan hikayah dari para sahabat dan tabi'in serta para ulama' salafus sholihin. sehingga tidak berlebihan jika para ulama' banyak memberikan pujian pada karya Al Ghozali tersebut diantaranya adalah syeh sayyid Bakriy Abu bakar bin Muhammad syatho al dimyatiy penulis kitab fiqih dalam madzhab Syafi'iy  yang sangat populer yaitu Ianatut Tholibin, beliau mengatakan "belum ada karya dalam madzhab syafi'I maupun diluar syafi'I yang menyamai Ihya' (karya Al Gozali) hingga ahir zaman", hal ini adalah bagian dari keajaiban zaman (kifayatul Atqiya' hal 90).
As syeh al faqih abul Fadhl al iroqiy dalam kitab takhrijnya ia mengatakan : "kitab Ihya' adalah kitab terbaik  dalam Islam yang menjelaskan tentang pengetahuan halal dan haram ia mampu mengakomodir aspek hukum dan masalah – masalah yang sangat mendetail yang sulit dipahami oleh banyak orang, bahkan ia dapat menggabungkan dua ilmu yaitu ilmu dhohir dan ilmu batin (hamisy ihya' juz 1 hal 16).
Ihya' Mengakomodir 3 Aspek Ilmu Sebagai Pilar Dinul Islam
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Ihya' karya Al Ghozali mampu mengakomodir secara mendetail tiga disiplin ilmu yang menjadi pilar dalam agama Islam diatas, Hal ini sebagai manifestasi dari sebuah hadits Nabi SAW sebagaimana dalam riwayat berikut,
Dari Umar bin Khottob RA, ia berkata bahwa : suatu hari kami berada di sisi Rosululloh SAW, datanglah pada kami seorang laki – laki yang sangat putih pakaianya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak tampak padanya tanda – tanda perjalanan (bepergian) dan tidak seorang pun dari kami mengenalnya, sehingga ia duduk menghadap kepada Nabi SAW, ia menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi SAW dan meletakan kedua tanganya diatas paha Nabi SAW, lalu ia berkata : " wahai Muhammad kabarkanlah padaku tentang Islam! Rosululloh SAW bersabda:" yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan haji ke baitulloh jika engkau mampu menempuh perjalanannya, laki-laki itu berkata : "engkau benar", maka kami heran karena ia bertanya lalu membenarkanya, lalu ia bertanya : kabarkanlah padaku tentang Iman!, Rosululloh SAW bersabda: yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab – kitabnya, para rosulnya, hari ahir, dan taqdir baik maupun buruk, laki-laki itu berkata engkau benar, maka kabarkanlah padaku tentang ihsan!, Rosululloh SAW bersabda: yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan –akan engkau melihatnya maka jika engkau tidak melihatnya sesungguhnya Ia melihatmu….. al hadits (HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Tirmidzi, An Nasa'I, Ibnu Majah, Ibnu Jarir, Ibnu khuzaimah, Abu Awanah dan Ibnu Hiban dari Umar).
Ketiganya yaitu Al Islam, Al iman dan al ihsan atau lebih dikenal dengan istilah syariat, thariqah dan hakikat dikalangan para ulama' ahli tasawwuf, adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang denganya dapat tercapai kesempurnaan dalam beragama dan tanpa salah satu darinya maka kesempurnaan itu belum bisa diraih, hal ini dapat dipahami dari sabda Nabi Muhammad SAW, dipenghujung hadits diatas.
"wahai umar tahukah kamu siapakah orang yang bertanya tersebut", umar menjawab:  hanya Allah dan Rosulnya yang mengetahui, lalu Rosululloh SAW bersabda : "ketahuilah dia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan agama (ad diin) pada kalian.(HR Bukhori muslim dan lainya dari Umar bin khottob).
Perhatikanlah hadits diatas Rosululloh SAW mengatagorikan ketiganya yaitu Al Islam, Al Iman, dan al Ihsan atau syari'at, Thoriqoh dan hakikat sebagai satu kesatuan yang disebut dengan Ad Diin. Dengan demikian belumlah sempurna ad diin atau agama seseorang tatkala belum mengkomodir ketiga aspek diatas.
Betapa agungnya pembahasan dalam karya al ghozali ini sehingga tidak berlebihan ketika para ulama' malikiyah mengatakan bahwa kitab ihya'nya Al Ghozali bagaikan lautan yang sangat luas (Hamisy Ihya' juz 1 hal 17).
Mutiara Tashawwuf Dalam Ihya' 
Disiplin ilmu yang mensinergikan ketiga disiplin ilmu diatas di istilahkan  oleh para Ulama' dengan nama ilmu "Tashawwuf ". memang menurut syeh Yusuf Al Khottor karyanya al mausu'ah al yusufiyyah hal 19, istilah ini baru di pakai sejak tahun 150 H oleh seorang ulama' dari Kuffah yang wafat di Syam Abu Hasyim kemudian di susun secara sistematis oleh Syeh Dzun Nun al Mishriy (245 H) murid dari Imam Malikiy dan dipopulerkan oleh Ulama' besar dari Baghdad Abul Qosim Al Junaidiy al Baghdadiy (334 H). Namun secara subtantif Ilmu tashawwuf sudah ada sejak Rosululloh SAW bahkan beliaulah Imam dari para Shufi ( pengamal Tashawwuf) karena Tashawwuf memang bersumber dari Al Qur'an dan Al Hadits serta ahlak Nabi SAW, bahkan sebagai inti sari dari ajaran al quran dan hadits iyu sendiri. Dalam hal ini Syeh Al Hafidz Al Ghummari menegaskan : "sesungguhnya tasawwuf itu di bangun diatas al kitab (al qur'an) dan as sunnah ia tidak keluar sedikit pun dari keduanya "( Al I'lam bianna at tashawwufa min Syari'atil Islam hal : 7)  .
Al Syeh al Imam Abul qosim al Junaidi al Baghdadi (wafat 334 H) seorang pelopor, penggagas pertama secara sistematis tasawwuf dan thoriqoh, mengatakan :
'ilmunaa hadzaa musyayyadun bil kitaabi was sunnah
Artinya : Ilmu kami ini (Tasawwuf dan Thoriqoh) di kuatkan oleh al qur'an dan as sunnah
Pada kali yang lain beliau juga berkata : " jalan menuju Allah (Tashawwuf) itu akan tertutup kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rosululloh SAW. (Risalatul Qusyairiyyah juz 1 hal 18).
 Banyak definisi para ulama' tentang tashawwuf  bahkan dalam karyanya awariful ma'arif  dalam  hamisy ihya' hal 323, al Imam syihabuddin al suhrowardiy mengatakan bahwa difinisi tentang tashawwuf mencapai 1000 lebih pendapat , yang kesemuanya memandang dari sudut pandang yang berbeda – beda, hal ini menunjukan betapa agungnya ilmu ini sehingga dapat membuahkan berbagai perspektif dari sudut pandang yang berbeda-beda, akan tetapi jika kita telaah kesemuanya itu akan bermuara pada kesimpulan bahwa : "tashawwuf adalah pengamalan pada tiga aspek keilmuan tersebut secara terpadu yaitu syari'at, thoriqoh dan hakikat". Hal ini dapat dipahami dari sebuah difinisi salah satu dari tokoh shufi sebagaimana yang dikutib oleh imam suhrowardiy dalam Awariful Ma'arifnya hal 321:
At Tashawwufu awwaluhu ilmun wa awsathuhu amalun wa akhiruhu mauhibatun
Artinya : Tashawwuf itu permulaanya adalah ilmu (syari'at) , pertengahanya adalah amal (thoriqoh) dan ahirnya adalah karunia (hakikat)
Pernyataan tersebut senada dengan sabda Rosulullah SAW :
Man amila bimaa alima warotsahullohu ilma maa lam ya'lam
Barang siapa yang mengamalkan apa yang telah ia ketahui maka Allah akan memberikan karunia ilmu yang belum ia ketahui (HR Abu Nu'aim dari Anas RA).
Tujuan bertashawwuf
Oleh karena tashawwuf itu pada dasarnya adalah mengamalkan nilai – nilai Al Qur'an dan Hadits bukan hanya dari sisi lahiriyahnya saja tetapi juga pada nilai batiniyahnya seperti sabar, sukur, tawadhu', ikhlas, Qona'ah, dan lain-lain. maka tujuannya tidak lain adalah tujuan yang telah jelas ditegaskan sebagaimana dalam Hadits jibril diatas riwayat Bukhori, muslim, Ahmad dan beberapa periwayat diatas dari Umar bin Khottob RA, yaitu mencapai derajat Ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT yaitu dapat beribadah dengan nuansa hati seakan – akan melihat Allah SWT (Musyahadah) atau dengan nuansa batin merasa dilihat AllAh SWT (muroqobah).
Demikianlah secuil mutiara tashawwuf dari lautan yang luas dan tak bertepi yaitu Ihya' Ulumiddin karya Ulama' besar Al Ghozaliy semoga bermanfaat. Amiin.

Senin, 18 November 2013

Membalas Jasa Rosulullah



Didalam Kitab al-Kabair karya Al Imam Adz-Dzahabi dikisahkan bahwa Suatu hari, Ibnu Umar melihat seseorang yang sedang menggendong ibunya sambil thawaf mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lantas berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Umar, menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku ? Ibnu Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.

Selain itu Sejarah juga mencatat, banyak orang hebat yang lahir dari seorang ibu yang juga hebat. Kita tidak akan dapat menjadi hebat seperti sekarang, tanpa sentuhan darinya. Maka, tak berlebihan jika ada ungkapan yang mengatakan Al-Jannatu tahta aqdami al-ummahat”, surga berada di bawah telapak kaki ibu.

Kisah di atas memberikan pelajaran berharga kepada kita, bahwa Kita wajib berterimakasih kepada siapa saja yang sudah berjasa kepada kita. Guru, sanak saudara, Orang Tua, dsb. Akan tetapi ada orang-orang yang walaupun kita mau berterimakasih membalas jasanya, tapi kita tidak akan bisa untuk membalasnya. Sebagai contoh kecil, Kita tidak bisa membalas Jasa Ibu kita. Kita tidak bisa membalas jasa Bapak Kita. dengan apapun dan cara bagaimanapun, Kita tetap tidak bisa membalas jasa mereka. Karena merekalah yang mengajarkan kita Agama, Yang mengajarkan kita Akhlak, Yang mengajarkan kita tentang apa tujuan hidup. Tapi ada satu hal yang perlu kita ingat dan kita renungkan, bahwasanya yang mengajari Ibu dan Bapak kita adalah Ibu dan Bapaknya, dan yang mengajari Ibu dan Bapaknya adalah Ibu dan Bapaknya lagi, dan seeeeeeterusnya sampai kepada Rosulullah SAW.

Dari situ kita bisa mengambil Kesimpulan, Kalau untuk membalas Jasa Ibu dan Bapak kita saja tidak Bisa, Lantas bagaimana kita akan membalas jasa Rosulullah SAW. kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas jasa nya kecuali dengan senantiasa Bersholawat Kepadanya. sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT "Hai Manusia, tidak usah kamu yang membalas jasanya, Mintalah Kepada Ku biar aku yang Membalasnya.
 
Maksud dari keterangan diatas adalah kita dituntut oleh Allah untuk senantiasa bersholawat kepada junjungan Nabi Kita  Muhammad SAW. Beliaulah manusia Agung yang diagungkan oleh Dzat yang Maha Agung, Manusia Suci yang disucikan Oleh Dzat yang Maha Suci, Manusia Sempurna yang disempurnakan Oleh Dzat yang Maha Sempurna, Manusia Mulia yang dimuliakan Oleh Dzat yang Maha Mulia. Beliaulah manusia yang paling manis tutur katanya, paling lembut hati dan prilakunya, paling baik Akhlak dan budi pekertinya. Beliaulah manusia yang berhak untuk kita Puji, kita sanjung dan kita muliakan. Kita Memujinya bukan berarti kita menyekutukan Allah, kita Menyanjungnya bukan berarti kita menyamakan derajatnya dengan Allah, dan kita memuliakannya bukan berarti kita mengkultuskannya sebagai Illah atau sesembahan. Akan tetapi itu semua adalah suatu bentuk rasa cinta dan Terimakasih kita kepada Beliau yang sudah berjasa besar kepada kita.  Maka dari itu kita senantiasa dituntut untuk selalu bersholawat kepadanya dengan harapan kita akan mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.

"Allahumma Sholli 'Ala Sayyidinaa Muhammad".
Yaa Allah Limpahkanlah Sholawat Kepada Junjungan Kami Nabi Muhammad SAW.

Bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal, biasanya kaum muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain. Yang menjadi pertanyaan, pernakah Nabi Muhammad merayakan peringatan maulidnya? Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW ?
 
Peringatan Maulid Rasulullah SAW tidak lain adalah untuk mengekspresikan kegembiraan kaum Muslimin menyambut dilahirkannya Rasulullah SAW. Sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam firmannya :
 
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
 
"Katakanlah: 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik, dari apa yang mereka kumpulkan'." – (QS.10:58)
Dalam ayat tersebut, terdapat perintah bergembira atas rahmat pemberian-Nya, dan Nabi Muhammad adalah rahmat terbesar bagi kehidupan dunia seisinya, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran:
 
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
 
“Dan Tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya’:107). Ibnu Taimiyyah sendiri berpendapat : “Kemuliaan hari maulid Nabi Muhammad saw yang diperingati secara berkala oleh kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rasul pembawa hidayah bagi semua ummat manusia.
 
Bahkan kegembiraan ini tidak hanya umat Muslim saja, Abu Lahab pun bergembira dengan kelahiran Rasulullah SAW. Ia meluapkan kegembiraannya dengan cara memerdekakan hamba sahayanya yang bernama Tsuwaibah Al Aslammiyyah (yang kemudian menjadi ibu susu Rasulullah SAW sebelum beliau disusui oleh Halimah Assa’adiyyah).
 
Abu Lahab yang bernama asli Abdu Uzza bin Abdul Muthalib, saudara dari Abdullah ayah Rasulullah SAW. Meskipun termasuk keluarga dekat Rasulullah SAW, dia dan istrinya, Ummu Jamil Hindun binti Harb, amat memusuhi Rasulullah SAW dan dakwahnya. Saking kerasnya mereka berdua menentang Rasulullah SAW, sampai-sampai ketika di duniapun mereka telah dicap sebagai ahli neraka. Allah SWT berfirman : 

تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ‏﴿۱﴾ مَاۤ اَغۡنٰى عَنۡهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَؕ‏﴿۲﴾ سَيَصۡلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۚ ۖ‏﴿۳

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk kedalam api yang bergejolak.” (QS. Al Lahab : 1-3)

 Asbaabu_Nuzul atau Sebab diturunkannya Ayat ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam suatu Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika Rasulullah SAW naik ke bukit Shafa sambil berseru, “Mari berkumpul pada pagi hari ini.” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah SAW bersabda, “Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab, “Pasti kami percaya, sebab tidak kami dapati engkau berdusta.” Rasulullah SAW bersabda, “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.” Berkatalah Abu Lahab, “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat diatas (QS.Al Lahab : 1-3) berkenaan dengan peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.

Dan dalam suatu Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori juga, di ceritakan sebuah kisah tentang Tsuwaibah, seorang budak perempuan Abu Lahab. 

Kisah ini terjadi tepat pada hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Ketika Rasulullah lahir dari rahim ibunda tercintanya, Siti Aminah, Tsuwaibah datang kepada Abu Lahab seraya memberikan kabar tentang kelahiran Muhammad, keponakannya yang berupa bayi laki-laki sehat tanpa kekurangan suatu apa pun.

Tatkala mendengar kabar kelahiran keponakan lelakinya ini, Abu lahab bersuka cita. Ia melompat-lompat riang gembira seraya meneriakkan kata-kata pujian atas kelahiran keponakannya tersebut sepanjang jalan. inilah bentuk kegembiraan Abu Lahab, sang paman yang kelak menjadi salah satu musuh bebuyutannya dalam berdakwah. Namun rupanya tidak cukup sampai di situ saja luapan kegembiraan ini. Ia segera mengundang tetangga-tetangga dan para kerabat dekatnya untuk merayakan kelahiran keponakan tercintanya ini. Sebagai bentuk paling populer dari ungkapan rasa syukurnya dan sebagai penanda suka citanya yang sangat memuncak kemudian ia berkata kepada Tsuwaibah di hadapan khalayak ramai yang mendatangi undangan perayaan kelahiran keponakannya, ''Wahai Tsuwaibah, sebagai tanda syukurku atas kelahiran keponakanku, anak dari saudara laki-laki ku (Abdullah), maka mulai hari ini kamu adalah orang yang merdeka'' 

Demi mendengar kabar gembira inipun Tsuwaibah lantas bersuka cita, Sejak hari ini, karena ia yang membawa kabar gembira atas kelahiran keponakan tercinta, makhluk paling mulia di seluruh dunia, maka ia mendapatkan keberkahan tak terkirakan berupa kemerdekaanya. 

Maka sejak hari itu ia bukan lagi berstatus sebagai budak yang dapat di perintah sesukanya oleh majikan. Sejak hari itu, ia adalah orang merdeka yang bertanggung jawab atas segala nasib dan keberuntunganya sendiri.

Karena kebaikannya membebaskan Tsuwaibah sebagai bukti kegembiraan atas kelahiran Rasulullah, Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa kubur pada setiap hari Senin. meskipun sepanjang masa hidupnya, Abu Lahab senantiasa memusuhi dan tidak mempercayai kenabian keponakan tercintanya ini.

Maka dari itu Al-Hafidz Al-Imam Al-Muhaddits Syamsuddin bin Nashiruddin Ad-Damasyqiy seorang ahli Hadits dari Damaskus yang lahir pada tahun 777 H, Mengatakan dalam sebuah Syairnya :

إذا كان هـذا كافرا جـاء ذمـه #  وتبت يـداه في الجحـيم مخـلدا
أتى أنـه في يـوم الاثنين دائـما #  يخفف عنه للسـرور بأحــمدا
فما الظن بالعبد الذي طول عمره #  بأحمد مسرورا ومات موحـــدا

 Jika Abu Lahab yang dalam Al Qur’an telah datang celaan baginya  dan celakalah kedua tangannya kekal didalam neraka Jahannam. ternyata masih mendapatkan keringanan dari Allah atas siksanya Setiap hari Senin, karena pernah satu kali bergembira atas kelahiran Rasulullah SAW, lalu bagaimanakah dengan orang yang sepanjang hidupnya bergembira dengan kelahiran Rasulullah SAW dan mati dalam keadaan Islam?

Jumat, 15 November 2013

Pujian Untuk Sang Nabi





Ahlussunah wal jama’ah adalah kelompok umat islam yang selalu berpegang teguh dengan Sunnaturrosul SAW.

Sunnaturrosul itu ada3 : Ada qouliyyah, Fi’liyyah, dan Taqriiriyyah. Qouliyyah adalah Sabda atau perkataan Rosulullah SAW, itu namanya sunnah qouliyyah. Perintah atau larangannya. Yang kedua Fi’liyyah, Yaitu perbuatan atau Rosulullah SAW. apa yang dilakukan Rosulullah kita ikuti, itu namanya sunnah Fi’liyyah. dan yang ketiga, Rosulullah tidak melakukan, Rosulullah tidak perintah, dan Rosulullah tidak minta, yang melakukan para sahabat nya, tapi oleh rosulullah dibenarkan, maka menjadi sunnah, namanya sunnah Taqriiriyyah.

Contohnya : Rosulullah tidak pernah memuji dirinya sendiri,  Rosulullah tidak pernah menyuruh siapa saja supaya memuji dirinya, dan tidak pernah merekayasa orang supaya memuji dirinya, akan tetapi ketika ada sahabat memuji, Rosulullah menerima, ridho, senang, tapi tidak direkayasa, tiba-tiba spontan ada orang ngalem/muji. Nabi Ridho, senang, maka menjadi sunnah, namanya sunnah Taqriiriyyah. 

Contohnya : ada orang namanya Ka’ab Bin suhair bin abi salma, Dia mencacimaki Rosulullah Luarbiasa. Katanya Rosulullah itu kalau malam kumpul-kumpul, duduk-duduk bareng sama sahabatnya sambil minum-minuman arak, mabok, dan kalau sudah mabok keluar omongan yang gak nggenah (Al Qur’an Maksudnya). Akhirnya parasahabat ngadu ke Nabi, meminta izin untuk mencarinya dan akan membunuhnya kalau sudah ketemu. Tapi sebelum ketangkap ka’ab bin suhair sudah ketakutan, lalu datang ke madinah waktu sholat subuh, habis sholat subuh memanggil Rosulullah dan menemui Rosulullah sambil mukanya ditutup dengan sorban merah dan mengatakan : Muhammad, saya dengar kamu dicacimaki oleh Ka’ab bin suhair. “ia” jawab nabi. Saya dengar sahabatmu sedang mencari dan kalau ketemu mau dibunuh ? “ia” Jawabnya Lagi. Kalau dia kesini minta maaf bagaimana ? “saya maafkan”. Kalau masuk islam bagaimana ? diterima tidak, dipercaya tidak ? “Saya terima dan saya percaya”. Akhirnya dia buka tutup mukanya, Ana Ka’ab Bin Suhair, If’al maa syi’ta bie” sayalah orangnya yang mencacimaki kamu, silahkan akan kamu apakan. Dia minta maaf dan masuk islam, Rosulullah memaafkan dan menerima islamnya. Sampai Lututnya bertemu nempel sama Lutut Rosulullah, dan tangannya diatas paha Rosulullah, sambil mengatakan :


بانَت سُعادُ فَقَلبي اليَومَ مَتبولُ                 مُتَيَّمٌ إِثرَها لَم يُفدَ مَكبولُ
يَسعى الوُشاةُ بِجَنبَيها وَقَولُهُم                   إِنَّكَ يَا بنَ أَبي سُلمى لَمَقتولُ
وَقالَ كُلُّ خَليلٍ كُنتُ آمُلُهُ                   لا أُلفِيَنَّكَ إِنّي عَنكَ مَشغولُ
فَقُلتُ خَلّوا سبيلي لا أَبا لَكُمُ                 فَكُلُّ ما قَدَّرَ الرَحمَنُ مَفعولُ
كُلُ اِبنِ أُنثى وَإِن طالَت سَلامَتُهُ              يَوماً عَلى آلَةٍ حَدباءَ مَحمولُ
أُنبِئتُ أَنَّ رَسولَ اللَهِ أَوعَدَني                   وَالعَفُوُ عِندَ رَسولِ اللَهِ مَأمولُ
مَهلاً هَداكَ الَّذي أَعطاكَ نافِلَةَ ال             قُرآنِ فيها مَواعيظٌ وَتَفصيلُ
لَقَد أَقومُ مَقاماً لَو يَقومُ بِهِ                      أَرى وَأَسمَعُ ما لَو يَسمَعُ الفيلُ

Walhasil isinya ngalem kanjeng nabi, Nabi itu orangnya mulia, pemaaf, gagah berani, sukses menegakkan kebenaran, memberantas kedzoliman, kemusyrikan. Sesudah dipuji Nabi memberikan kenang-kenangan selimut yang sedang dipakai, slimutnya garis-garis, selimut garis-garis bahasa arabnya Burdatun, kalau selimut polos bahasa arabnya Battooniyyah (Bathoo’inuha min  istabroq, Arrohman). Sampai sekarang masih ada burdahnya di museum Turki ayashofia, maka setiap ada qoshidah syi’ir yang isinya muji-muji Kanjeng Nabi disebut Qoshidatul Burdah. Kanjeng Nabi tidak pernah minta untuk dipuji, tidak pernah minta untuk disanjung, tiba-tiba ada orang muji, Nabi Ridho, senang, Berarti sunah Taqriiriyah Bukan Bid’ah.
Nah, Burdah yang paling terkenal di Indonesia adalah burdah karangannya Abu Sa’id Al Bushiri. Suatu ketika Beliau sakit selama satu bulan, struke tidak bias jalan. Pada suatu malam Beliau mimpi ketemu Rosulullah, dan beliau mengatakan : Ya Rosulallah, saya mau bikin sya’ir yang tujuan nya muji-muji panjenengan, “yah silahkan” jawab Nabi. Satu minggu kemudian Beliau mimpi bertemu lagi,  Sudah selesai Ya Rosulullah, jumlahnya 167 bait. “Coba bacakan saya mau dengar”. Kata Rosulullah.

Setelah membaca itu “Fatabassama Rosulullah SAW wa Rodhiya anhu wamasacha jasadahu” Rosulullah tersenyum, senang mendengarkan pujian, dan mengusap-usap tubuhnya, paginya langsung sembuh dan bias jalan.

أمِنْ تذَكُّرِ جيرانٍ بذي سلمِ                    مزجتَ دمعاً جرى من مقلة ٍ بدمِ
أمْ هبَّتِ الريحُ من تلقاءِ كاظمة ٍ               وأوْمَضَ البَرْقُ في الظلْماءِ مِنْ إضَمِ
فما لعينيكَ إن قلتَ اكففا هَمَتا                ومَا لِقَلْبِك إنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ
أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أنَّ الحُبَّ مُنْكتِمٌ               ما بَيْنَ مُنْسَجِم منهُ ومضطَرِمِ
لولاَ الهَوَى لَمْ تُرِقْ دَمْعاً عَلَى طَلَلٍ              ولا أرقتَ لذكرِ البانِ والعَلم ِ

Kenapa engkau selalu menangis, tiada henti-hentinya sampai air mata mu bercampur darah. Apakah karena teringat dengan tetanggamu yang ada di kampong Dzi Salam, atau karena angin yang berhembus dari Kadzimah, ataukah karena Kilat yang menyambar dalam kegelapan malam dari lembah Idzom. Kenapa hatimu resah, gak enak makan, ga enak tidur, pasti kamu sedang mabuk cinta. Jawabnya :

نعمْ سرى طيفُ من أهوى فأرقني              والحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذاتِ بالأَلَمِ
يا لائِمِي في الهَوَى العُذْرِيِّ مَعْذِرَة ً              منِّي إليكَ ولو أنصفتَ لم تلُمِ

Benar, saya sedang mabok cinta, kangen sama seseorang, sampai rasa kangenku menjadi penyakit. Tapi kalau kamu tahu siapa yang ku kangeni pasti akan mema’lumi. Memang siapa yang kamu kangeni sampai nangis-nangis bercampur darah ? “ Yang Ku kangeni, kurindukan adalah”

محمدٌ سيدُّ الكونينِ والثَّقَلَيْنِ                    والفريقينِ من عُربٍ ومن عجمِ
نبينَّا الآمرُ الناهي فلا أحدٌ                     أبَرَّ في قَوْلِ لا مِنْهُ وَلا نَعَمِ
هُوَ الحَبيبُ الذي تُرْجَى شَفَاعَتُهُ               لِكلِّ هَوْلٍ مِنَ الأهوالِ مُقْتَحَمِ

Yang kukangeni, Ku rindukan adalah Muhammad SAW, Sayyidul ‘arob wal ‘ajam, Sayyidul insi waljin, sayyidu ‘alamil mulki walmalakut, sayyidu dunya wal akhiroh, sayyidul kauni wal wujud. Dialah Nabi yang kuharapkan Syafa’atnya, ketika kita menghadapi kesulitan, bencana alam, penyakit menular, dan seterusnya-dan seterusnya. Namun Syafa’at Rosulullah yang bias kita harapkan.

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthollib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (masyhur dengan nama Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan Bin ‘Ad Bin ‘Udad Bin Hamaisa’ Bin Salaman Bin Banat Bin Haml Bin Qidhoro Bin Ismail Bin Ibrohim Bin Tarih Bin Nahur Bin Saru’ Bin Arghu Bin Falikh Bin ‘Abir Bin Salikh Bin Arfahsad Bin Sam Bin Nuh Bin Lamak Bin Madusyalikh Bin Akhnuh Bin Idris Bin Ilyarid Bin Mihlayil Bin Qinan Bin Anusy Bin Syits Bin Adam As.  
Jadi leluhurnya kanjeng nabi itu jelas, terang nama-nama nya. Jelas Hasil pernikahan yang sah. Tidak ada satupun dari leluhur kanjeng Nabi hasil anak Zina.

نسب تحسب العلا بحلاه                       قلدتها نجومها الجوزاء

Nasab nya kanjeng Nabi terang benderang bagaikan rentetan mutiara, namanya Jelas, bapak-bapaknya juga jelas hasil nikah sah semuanya. Dari Adam sampai Bapaknya Rosulallah tidak ada yang anak jaddah.
حفظ الإله كرامة لمحمد                        آباءه الامجاد صونا لاسمه
تركوا السفاح فلم يصبهم عاره                  من آدم وإلى أبيه وأمه
 Wallahu a'lam........
 

Sample text

Sample Text

Diam itu Emas