Social Icons

Sabtu, 23 November 2013

MUTIARA TASHAWWUF IHYA' AL GHOZALIY


Mutiara Tashawwuf dalam Ihya'
Kitab Ihya' ulumiddin adalah salah satu karya Al Ghozali (lahir 450 H - Wafat 505 H) yang sangat  fenomenal diantara sekian banyak karyanya yang mencapai  kurang lebih 200  karya, karena di dalamnya Imam Al Ghozali mengulas dengan sangat jelas dan mendetail tiga aspek disiplin ilmu yang menjadi pilar islam yaitu al islam, al iman dan al ihsan yang oleh para ulama' ketiganya diistilahkan oleh para ulama' dengan syariat, thoriqoh dan hakikat (iqodzul himam  hal 5), dengan  prespektif al qur'an dan as sunnah, dan dengan sistematika pengulasan yang sangat indah yang dimulai dari  pembahasan berdasarkan kacamata al qur'an kemudian al hadits, atsar sahabat, maqolah dan hikayah dari para sahabat dan tabi'in serta para ulama' salafus sholihin. sehingga tidak berlebihan jika para ulama' banyak memberikan pujian pada karya Al Ghozali tersebut diantaranya adalah syeh sayyid Bakriy Abu bakar bin Muhammad syatho al dimyatiy penulis kitab fiqih dalam madzhab Syafi'iy  yang sangat populer yaitu Ianatut Tholibin, beliau mengatakan "belum ada karya dalam madzhab syafi'I maupun diluar syafi'I yang menyamai Ihya' (karya Al Gozali) hingga ahir zaman", hal ini adalah bagian dari keajaiban zaman (kifayatul Atqiya' hal 90).
As syeh al faqih abul Fadhl al iroqiy dalam kitab takhrijnya ia mengatakan : "kitab Ihya' adalah kitab terbaik  dalam Islam yang menjelaskan tentang pengetahuan halal dan haram ia mampu mengakomodir aspek hukum dan masalah – masalah yang sangat mendetail yang sulit dipahami oleh banyak orang, bahkan ia dapat menggabungkan dua ilmu yaitu ilmu dhohir dan ilmu batin (hamisy ihya' juz 1 hal 16).
Ihya' Mengakomodir 3 Aspek Ilmu Sebagai Pilar Dinul Islam
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa Ihya' karya Al Ghozali mampu mengakomodir secara mendetail tiga disiplin ilmu yang menjadi pilar dalam agama Islam diatas, Hal ini sebagai manifestasi dari sebuah hadits Nabi SAW sebagaimana dalam riwayat berikut,
Dari Umar bin Khottob RA, ia berkata bahwa : suatu hari kami berada di sisi Rosululloh SAW, datanglah pada kami seorang laki – laki yang sangat putih pakaianya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak tampak padanya tanda – tanda perjalanan (bepergian) dan tidak seorang pun dari kami mengenalnya, sehingga ia duduk menghadap kepada Nabi SAW, ia menyandarkan lututnya kepada lutut Nabi SAW dan meletakan kedua tanganya diatas paha Nabi SAW, lalu ia berkata : " wahai Muhammad kabarkanlah padaku tentang Islam! Rosululloh SAW bersabda:" yaitu engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan haji ke baitulloh jika engkau mampu menempuh perjalanannya, laki-laki itu berkata : "engkau benar", maka kami heran karena ia bertanya lalu membenarkanya, lalu ia bertanya : kabarkanlah padaku tentang Iman!, Rosululloh SAW bersabda: yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab – kitabnya, para rosulnya, hari ahir, dan taqdir baik maupun buruk, laki-laki itu berkata engkau benar, maka kabarkanlah padaku tentang ihsan!, Rosululloh SAW bersabda: yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan –akan engkau melihatnya maka jika engkau tidak melihatnya sesungguhnya Ia melihatmu….. al hadits (HR Bukhori, Muslim, Ahmad, Tirmidzi, An Nasa'I, Ibnu Majah, Ibnu Jarir, Ibnu khuzaimah, Abu Awanah dan Ibnu Hiban dari Umar).
Ketiganya yaitu Al Islam, Al iman dan al ihsan atau lebih dikenal dengan istilah syariat, thariqah dan hakikat dikalangan para ulama' ahli tasawwuf, adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yang denganya dapat tercapai kesempurnaan dalam beragama dan tanpa salah satu darinya maka kesempurnaan itu belum bisa diraih, hal ini dapat dipahami dari sabda Nabi Muhammad SAW, dipenghujung hadits diatas.
"wahai umar tahukah kamu siapakah orang yang bertanya tersebut", umar menjawab:  hanya Allah dan Rosulnya yang mengetahui, lalu Rosululloh SAW bersabda : "ketahuilah dia adalah Jibril, ia datang untuk mengajarkan agama (ad diin) pada kalian.(HR Bukhori muslim dan lainya dari Umar bin khottob).
Perhatikanlah hadits diatas Rosululloh SAW mengatagorikan ketiganya yaitu Al Islam, Al Iman, dan al Ihsan atau syari'at, Thoriqoh dan hakikat sebagai satu kesatuan yang disebut dengan Ad Diin. Dengan demikian belumlah sempurna ad diin atau agama seseorang tatkala belum mengkomodir ketiga aspek diatas.
Betapa agungnya pembahasan dalam karya al ghozali ini sehingga tidak berlebihan ketika para ulama' malikiyah mengatakan bahwa kitab ihya'nya Al Ghozali bagaikan lautan yang sangat luas (Hamisy Ihya' juz 1 hal 17).
Mutiara Tashawwuf Dalam Ihya' 
Disiplin ilmu yang mensinergikan ketiga disiplin ilmu diatas di istilahkan  oleh para Ulama' dengan nama ilmu "Tashawwuf ". memang menurut syeh Yusuf Al Khottor karyanya al mausu'ah al yusufiyyah hal 19, istilah ini baru di pakai sejak tahun 150 H oleh seorang ulama' dari Kuffah yang wafat di Syam Abu Hasyim kemudian di susun secara sistematis oleh Syeh Dzun Nun al Mishriy (245 H) murid dari Imam Malikiy dan dipopulerkan oleh Ulama' besar dari Baghdad Abul Qosim Al Junaidiy al Baghdadiy (334 H). Namun secara subtantif Ilmu tashawwuf sudah ada sejak Rosululloh SAW bahkan beliaulah Imam dari para Shufi ( pengamal Tashawwuf) karena Tashawwuf memang bersumber dari Al Qur'an dan Al Hadits serta ahlak Nabi SAW, bahkan sebagai inti sari dari ajaran al quran dan hadits iyu sendiri. Dalam hal ini Syeh Al Hafidz Al Ghummari menegaskan : "sesungguhnya tasawwuf itu di bangun diatas al kitab (al qur'an) dan as sunnah ia tidak keluar sedikit pun dari keduanya "( Al I'lam bianna at tashawwufa min Syari'atil Islam hal : 7)  .
Al Syeh al Imam Abul qosim al Junaidi al Baghdadi (wafat 334 H) seorang pelopor, penggagas pertama secara sistematis tasawwuf dan thoriqoh, mengatakan :
'ilmunaa hadzaa musyayyadun bil kitaabi was sunnah
Artinya : Ilmu kami ini (Tasawwuf dan Thoriqoh) di kuatkan oleh al qur'an dan as sunnah
Pada kali yang lain beliau juga berkata : " jalan menuju Allah (Tashawwuf) itu akan tertutup kecuali bagi orang yang mengikuti jejak Rosululloh SAW. (Risalatul Qusyairiyyah juz 1 hal 18).
 Banyak definisi para ulama' tentang tashawwuf  bahkan dalam karyanya awariful ma'arif  dalam  hamisy ihya' hal 323, al Imam syihabuddin al suhrowardiy mengatakan bahwa difinisi tentang tashawwuf mencapai 1000 lebih pendapat , yang kesemuanya memandang dari sudut pandang yang berbeda – beda, hal ini menunjukan betapa agungnya ilmu ini sehingga dapat membuahkan berbagai perspektif dari sudut pandang yang berbeda-beda, akan tetapi jika kita telaah kesemuanya itu akan bermuara pada kesimpulan bahwa : "tashawwuf adalah pengamalan pada tiga aspek keilmuan tersebut secara terpadu yaitu syari'at, thoriqoh dan hakikat". Hal ini dapat dipahami dari sebuah difinisi salah satu dari tokoh shufi sebagaimana yang dikutib oleh imam suhrowardiy dalam Awariful Ma'arifnya hal 321:
At Tashawwufu awwaluhu ilmun wa awsathuhu amalun wa akhiruhu mauhibatun
Artinya : Tashawwuf itu permulaanya adalah ilmu (syari'at) , pertengahanya adalah amal (thoriqoh) dan ahirnya adalah karunia (hakikat)
Pernyataan tersebut senada dengan sabda Rosulullah SAW :
Man amila bimaa alima warotsahullohu ilma maa lam ya'lam
Barang siapa yang mengamalkan apa yang telah ia ketahui maka Allah akan memberikan karunia ilmu yang belum ia ketahui (HR Abu Nu'aim dari Anas RA).
Tujuan bertashawwuf
Oleh karena tashawwuf itu pada dasarnya adalah mengamalkan nilai – nilai Al Qur'an dan Hadits bukan hanya dari sisi lahiriyahnya saja tetapi juga pada nilai batiniyahnya seperti sabar, sukur, tawadhu', ikhlas, Qona'ah, dan lain-lain. maka tujuannya tidak lain adalah tujuan yang telah jelas ditegaskan sebagaimana dalam Hadits jibril diatas riwayat Bukhori, muslim, Ahmad dan beberapa periwayat diatas dari Umar bin Khottob RA, yaitu mencapai derajat Ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT yaitu dapat beribadah dengan nuansa hati seakan – akan melihat Allah SWT (Musyahadah) atau dengan nuansa batin merasa dilihat AllAh SWT (muroqobah).
Demikianlah secuil mutiara tashawwuf dari lautan yang luas dan tak bertepi yaitu Ihya' Ulumiddin karya Ulama' besar Al Ghozaliy semoga bermanfaat. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Diam itu Emas