
Selain itu Sejarah juga mencatat, banyak
orang hebat yang lahir dari seorang ibu yang juga hebat. Kita tidak akan dapat
menjadi hebat seperti sekarang, tanpa sentuhan darinya. Maka, tak berlebihan
jika ada ungkapan yang mengatakan Al-Jannatu tahta aqdami al-ummahat”, surga
berada di bawah telapak kaki ibu.
Kisah di atas memberikan
pelajaran berharga kepada kita, bahwa
Kita
wajib berterimakasih kepada siapa saja yang sudah berjasa kepada kita. Guru,
sanak saudara, Orang Tua, dsb. Akan tetapi ada orang-orang yang walaupun kita
mau berterimakasih membalas jasanya, tapi kita tidak akan bisa untuk
membalasnya. Sebagai contoh kecil, Kita tidak bisa membalas Jasa Ibu kita. Kita
tidak bisa membalas jasa Bapak Kita. dengan apapun dan cara bagaimanapun, Kita
tetap tidak bisa membalas jasa mereka. Karena merekalah yang mengajarkan kita
Agama, Yang mengajarkan kita Akhlak, Yang mengajarkan kita tentang apa tujuan
hidup. Tapi ada satu hal yang perlu kita ingat dan kita renungkan, bahwasanya
yang mengajari Ibu dan Bapak kita adalah Ibu dan Bapaknya, dan yang mengajari
Ibu dan Bapaknya adalah Ibu dan Bapaknya lagi, dan seeeeeeterusnya sampai
kepada Rosulullah SAW.
Dari situ kita bisa mengambil Kesimpulan, Kalau untuk membalas Jasa Ibu dan
Bapak kita saja tidak Bisa, Lantas bagaimana kita akan membalas jasa Rosulullah
SAW. kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa membalas jasa nya kecuali
dengan senantiasa Bersholawat Kepadanya. sebagaimana yang diperintahkan Allah
SWT "Hai Manusia, tidak usah kamu yang membalas jasanya, Mintalah Kepada
Ku biar aku yang Membalasnya.
Maksud dari keterangan
diatas adalah kita dituntut oleh Allah untuk senantiasa bersholawat kepada
junjungan Nabi Kita Muhammad SAW.
Beliaulah manusia Agung yang diagungkan oleh Dzat yang Maha Agung, Manusia Suci
yang disucikan Oleh Dzat yang Maha Suci, Manusia Sempurna yang disempurnakan
Oleh Dzat yang Maha Sempurna, Manusia Mulia yang dimuliakan Oleh Dzat yang Maha
Mulia. Beliaulah manusia yang paling manis tutur katanya, paling lembut hati
dan prilakunya, paling baik Akhlak dan budi pekertinya. Beliaulah manusia yang
berhak untuk kita Puji, kita sanjung dan kita muliakan. Kita Memujinya bukan
berarti kita menyekutukan Allah, kita Menyanjungnya bukan berarti kita
menyamakan derajatnya dengan Allah, dan kita memuliakannya bukan berarti kita
mengkultuskannya sebagai Illah atau sesembahan. Akan tetapi itu semua adalah
suatu bentuk rasa cinta dan Terimakasih kita kepada Beliau yang sudah berjasa
besar kepada kita. Maka dari itu kita
senantiasa dituntut untuk selalu bersholawat kepadanya dengan harapan kita akan
mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat.
"Allahumma Sholli 'Ala Sayyidinaa
Muhammad".
Yaa Allah Limpahkanlah Sholawat Kepada
Junjungan Kami Nabi Muhammad SAW.
Bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal, biasanya kaum muslimin merayakan peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga dan handai taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain. Yang menjadi pertanyaan, pernakah Nabi Muhammad merayakan peringatan maulidnya? Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW ?
Peringatan Maulid Rasulullah SAW tidak lain adalah untuk mengekspresikan kegembiraan kaum Muslimin menyambut dilahirkannya Rasulullah SAW. Sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam firmannya :
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Katakanlah: 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik, dari apa yang mereka kumpulkan'." – (QS.10:58)
Dalam ayat tersebut, terdapat perintah bergembira atas rahmat pemberian-Nya, dan Nabi Muhammad adalah rahmat terbesar bagi kehidupan dunia seisinya, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran:
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
“Dan Tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya’:107). Ibnu Taimiyyah sendiri berpendapat : “Kemuliaan hari maulid Nabi Muhammad saw yang diperingati secara berkala oleh kaum muslimin tentu mendatangkan pahala besar, mengingat maksud dan tujuannya yang sangat baik, yaitu menghormati dan memuliakan kebesaran Nabi dan Rasul pembawa hidayah bagi semua ummat manusia.
Bahkan kegembiraan ini tidak hanya umat Muslim saja, Abu Lahab pun bergembira dengan kelahiran Rasulullah SAW. Ia meluapkan kegembiraannya dengan cara memerdekakan hamba sahayanya yang bernama Tsuwaibah Al Aslammiyyah (yang kemudian menjadi ibu susu Rasulullah SAW sebelum beliau disusui oleh Halimah Assa’adiyyah).
Abu
Lahab yang bernama asli Abdu Uzza bin Abdul Muthalib,
saudara dari Abdullah ayah Rasulullah SAW. Meskipun termasuk keluarga dekat
Rasulullah SAW, dia dan istrinya, Ummu Jamil Hindun binti Harb, amat memusuhi
Rasulullah SAW dan dakwahnya. Saking kerasnya mereka berdua menentang
Rasulullah SAW, sampai-sampai ketika di duniapun mereka telah dicap sebagai
ahli neraka. Allah SWT berfirman :
تَبَّتۡ
يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ﴿۱﴾ مَاۤ اَغۡنٰى عَنۡهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَؕ﴿۲﴾
سَيَصۡلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۚ ۖ﴿۳﴾
“Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah
kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk kedalam
api yang bergejolak.” (QS. Al Lahab : 1-3)
Asbaabu_Nuzul
atau Sebab diturunkannya Ayat ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam suatu
Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa
suatu ketika Rasulullah SAW naik ke bukit Shafa sambil berseru, “Mari berkumpul
pada pagi hari ini.” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah SAW bersabda,
“Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang
besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab,
“Pasti kami percaya, sebab tidak kami dapati engkau berdusta.” Rasulullah SAW
bersabda, “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.”
Berkatalah Abu Lahab, “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan
kami?” Maka turunlah ayat diatas (QS.Al Lahab : 1-3) berkenaan dengan peristiwa
yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang memfitnah
dan menghalang-halangi agama Allah.
Dan
dalam suatu Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori juga, di ceritakan sebuah
kisah tentang Tsuwaibah, seorang budak perempuan Abu Lahab.
Kisah
ini terjadi tepat pada hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Ketika
Rasulullah lahir dari rahim ibunda tercintanya, Siti Aminah, Tsuwaibah datang
kepada Abu Lahab seraya memberikan kabar tentang kelahiran Muhammad,
keponakannya yang berupa bayi laki-laki sehat tanpa kekurangan suatu apa pun.
Tatkala
mendengar kabar kelahiran keponakan lelakinya ini, Abu lahab bersuka cita. Ia
melompat-lompat riang gembira seraya meneriakkan kata-kata pujian atas
kelahiran keponakannya tersebut sepanjang jalan. inilah bentuk kegembiraan Abu Lahab, sang paman yang kelak menjadi salah satu
musuh bebuyutannya dalam berdakwah. Namun rupanya tidak cukup sampai di situ
saja luapan kegembiraan ini. Ia segera mengundang tetangga-tetangga dan para
kerabat dekatnya untuk merayakan kelahiran keponakan tercintanya ini. Sebagai
bentuk paling populer dari ungkapan rasa syukurnya dan sebagai penanda suka
citanya yang sangat memuncak kemudian ia berkata kepada Tsuwaibah di hadapan
khalayak ramai yang mendatangi undangan perayaan kelahiran keponakannya,
''Wahai Tsuwaibah, sebagai tanda syukurku atas kelahiran keponakanku, anak dari
saudara laki-laki ku (Abdullah), maka mulai hari ini kamu adalah orang yang
merdeka''
Demi
mendengar kabar gembira inipun Tsuwaibah lantas bersuka cita, Sejak hari ini,
karena ia yang membawa kabar gembira atas kelahiran keponakan tercinta, makhluk
paling mulia di seluruh dunia, maka ia mendapatkan keberkahan tak terkirakan
berupa kemerdekaanya.
Maka sejak hari itu ia bukan lagi berstatus sebagai budak yang dapat di
perintah sesukanya oleh majikan. Sejak hari itu, ia adalah orang merdeka yang
bertanggung jawab atas segala nasib dan keberuntunganya sendiri.
Karena kebaikannya membebaskan
Tsuwaibah sebagai bukti kegembiraan atas kelahiran Rasulullah, Abu Lahab
mendapatkan keringanan siksa kubur pada setiap hari Senin. meskipun sepanjang
masa hidupnya, Abu Lahab senantiasa memusuhi dan tidak mempercayai kenabian
keponakan tercintanya ini.
Maka
dari itu Al-Hafidz
Al-Imam Al-Muhaddits Syamsuddin bin Nashiruddin Ad-Damasyqiy seorang ahli
Hadits dari Damaskus yang lahir pada tahun 777 H, Mengatakan dalam sebuah
Syairnya :
إذا
كان هـذا كافرا جـاء ذمـه # وتبت يـداه في
الجحـيم مخـلدا
أتى
أنـه في يـوم الاثنين دائـما # يخفف عنه
للسـرور بأحــمدا
فما
الظن بالعبد الذي طول عمره # بأحمد مسرورا
ومات موحـــدا
Jika
Abu Lahab yang dalam Al Qur’an telah datang celaan baginya dan celakalah kedua tangannya kekal didalam
neraka Jahannam. ternyata masih mendapatkan keringanan dari Allah atas siksanya
Setiap hari Senin, karena pernah satu kali bergembira atas kelahiran Rasulullah
SAW, lalu bagaimanakah dengan orang yang sepanjang hidupnya bergembira dengan
kelahiran Rasulullah SAW dan mati dalam keadaan Islam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar